Hari Pahlawan


HYMNE PAHLAWAN
Dengar seluruh
Angkasa raya memuji
Pahlawan negara

Nan gugur remaja
Di ribaan bendera
Bela nusa bangsa

Kau kukenang
Wahai bunga putra bangsa
Harga
Jasa
Kau cahaya pelita
Bagi Indonesia merdeka

MAKNA HARI PAHLAWAN

10 November merupakan salah satu dari hari bersejarah yang sangat penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Sejak lebih dari setengah abad yang lalu, tanggal 10 November telah dinyatakan oleh bangsa kita sebagai Hari Pahlawan. Di zaman Sukarno-Hatta, hari itu diperingati secara nasional sebagai Hari Besar yang dirayakan secara khidmat, dan dengan rasa kebanggaan yang besar.

Peringatan Hari Pahlawan merupakan kesempatan bagi seluruh bangsa, bukan saja untuk mengenang jasa-jasa dan pengorbanan para pejuang yang tak terhitung jumlahnya demi memperjuangkan tegaknya Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Peringatan Hari Pahlawan 10 November juga telah merupakan kesempatan yang baik untuk selalu memupuk rasa kesadaran bangsa. Adalah penting dalam menghayati arti Hari Pahlawan, kita semua mencermati bahwa Bung Karno adalah satu di antara sejumlah tokoh-tokoh besar bangsa Indonesia yang paling menonjol (dan paling banyak!) dalam mengangkat arti para pahlawan dalam perjuangan pembebasan bangsa. Ini tercermin dalam banyak halaman buku beliau “Di bawah Bendera Revolusi”, dan juga dalam pidato-pidato beliau. Bung Karno menjadikan Hari Pahlawan sebagai sarana untuk mengingatkan . kepada seluruh bangsa (terutama angkatan muda) bahwa sudah banyak pejuang-pejuang telah gugur, atau mengorbankan harta-benda dan tenaga mereka, untuk mendirikan negara RI. Mereka rela berkorban, supaya kehidupan rakyat banyak bisa menjadi lebih baik dari pada yang sudah-sudah. Mereka berjuang dalam tahun-tahun 20-an, dan selama revolusi kemerdekaan 45, untuk menjadikan negara ini milik bersama, guna menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Keagungan Arti 10 November

Kebesaran arti pertempuran Surabaya, yang kemudian dikukuhkan sebagai Hari Pahlawan, bukanlah hanya karena begitu banyaknya pahlawan - baik yang dikenal maupun tidak di kenal yang telah mengorbankan diri demi Republik Indonesia. Bukan pula hanya karena lamanya pertempuran secara besar-besaran dan besarnya kekuatan lawan. Di samping itu semua, kebesaran arti pertempuran Surabaya juga terletak pada peran dan pengaruhnya, bagi jalannya revolusi waktu itu. Pertempuran Surabaya telah dapat menggerakkan rakyat banyak untuk ikut serta, baik secara aktif maupun pasif, dalam perjuangan melawan musuh bersama waktu itu, yaitu tentara Inggris yang melindungi (menyelundupkan) NICA ke wilayah Indonesia.


Jadi, menghayati secara benar-benar Hari Pahlawan adalah berarti menghubungkannya dengan revolusi bangsa. Dan seperti yang sudah ditunjukkan oleh sejarah kita, revolusi bangsa Indonesia adalah pluralisme revolusioner. Dalam perjalanan jauh (long march) yang berliku-liku ini berbagai tokoh golongan masyarakat ( dari berbagai suku, keturunan, agama dan aliran politik) telah menyatukan diri dalam barisan panjang revolusioner kita.

Dengan latar-belakang pandangan sejarah yang demikian itu pulalah kiranya kita bisa mengerti mengapa Bung Karno menerima usul Sumarsono untuk menjadikan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.

TUGU PAHLAWAN



TUGU PAHLAWAN
Jl. Pahlawan, Surabaya

Tugu Pahlawan terletak persis di depan Kantor Gubernur Jawa Timur. Monument yang berbentuk paku terbalik setinggi 40,5 meter ini dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektar, merupakan bekas Kantor Raad Van Justititie atau Gedung Pengadilan Tinggi pada masa penjajahan Belanda.

Tujuan pembangunan monument ini untuk mengenang sejarah perjuangan Arek-arek Suroboyo mempertahankan kemerdekaan dalam momen bersejarah 10 Nopember 1945 di Surabaya.


Museum yang dibangun pada tahun 200 ini dibangun untuk mendukung keberadaan Tugu Pahlawan sebagai monument bersejarah. Didalamnya tersimpan koleksi-koleksi sejarah, seperti peta-peta yang menggambarkan invasi tentara Tar-Tar ke Hujung Galuh dan ada juga berbagai jenis senjata yang digunakan pada Pertempuran 10 Nopember 1945.

SUMPAH PEMUDA



Tujuan dari sumpah pemuda menurut saya yaitu untuk menyatukan pemuda-pemudi Indonesia yang mana begitu banyak suku,ras,kebudayaan,bahasa,dll, sehingga memiliki rasa berbangsa dan bernegara,serta rasa persatuan diantara mereka semakin kuat dan kokoh.
Sumpah pemuda merupakan hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yang mana pada hari itu para pmuda-pemudi Indonesia mengucapkan sebuah sumpah setia kepada bangsa Indonesia,yaitu hasil rumusan Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia atau dikenal dengan Kongres Pemuda II. Sebelum pembacaan teks Soempah Pemoeda diperdengarkan lagu"Indonesia Raya"
gubahan W.R. Soepratman dengan gesekan biolanya.
1. Teks Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertempat
di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat sekarang menjadi Museum Sumpah
Pemuda, pada waktu itu adalah milik dari seorang Tionghoa yang bernama Sie
Kong Liong.
2. 2. Golongan Timur Asing Tionghoa yang turut hadir sebagai peninjau
Kongres Pemuda pada waktu pembacaan teks Sumpah Pemuda ada 4 (empat) orang
yaitu :
a. Kwee Thiam Hong
b. Oey Kay Siang
c. John Lauw Tjoan Hok
d. Tjio Djien kwie

KUANTAN SINGINGI MENERIMA PENGHARGAAN LOMBA PENGHIJAUAN DAN KONSERVASI ALAM DARI MENTERI KEHUTANAN


Kabupaten Kuantan Singingi Menerima Penghargaan Juara Lomba Penghijaun dan Konservasi Alam TK. Nasional dari Menteri Kehutanan MS. Kaban, semua berkat usaha kita bersama, pemerintah, masyarakat dan stakeholder yg terkait.
selamat lagi buat Kuansing tercinta atas piagam yang telah diperoleh,,kali ini sepertinya lebih menarik dari apa yang telah kita peroleh selama ini.
saya salut terhadap prestasi-prestasi yang telah diraih oleh Kabupaten Kuantan Singingi. seperti belum lama ini Bupati Kuantan Singingi mendapat penghargaan sebagai bupati terbaik, dan diberi kesempatan untuk menerima bendera dari menteri dalam negeri..belum lagi pembangunan-pembangunan yang begitu pesat di Kabupaten Kuantan Singingi, diantaranya yaitu bangunan SMA Pintar dan sport center

SEKALI LAGI SELAMAT ATAS PENGHARGAAN YANG TELAH DITERIMA OLEH KUANSING TERCINTA

Selamat Ulang Tahun Kuansing

Pada tanggal 12 oktober 1999, dan pada waktu itu saya masih duduk di bangku SD,,pada saat itu Kabupaten Kuantang Singingi melepaskan diri dari kabupaten Indragiri Hulu. Hal itu terjadi karena, masyaraka Kuantan Singingi ingin medirikan dan memajukan daerahnya yang pada waktu itu belum berdiri sendiri. tanpa sadar sekarang say sudah berada di bangku SMA. Pada tanggal 12 oktober 2009 umur kabupaten Kuantan Singingi bertambah satu tahu. Lengkanp suda umurnya 10 tahun.. Dalam rangka memperingati hari jadinya Kabupaten Kuantan Singingi, pada tanggal 11 oktober 2009, kabupaten Kuantan singingi mengadakan acara gerak jalan santai..Acara ini sangat ramai diikuti oleh masyakat setempat, ini membuktikan betapa bahagianya masyarakat Kuantan Singingi dalam memeriahkan hari jadinya.Met ultah buat kampung halamanku, moga setalah bertambah usiamu, semoga juga kamu makin maju, menjadi kota yang kan selalu menghiasi hatiku… aku bahagia banget, disamping aku berharap kampung halamanku makin maju, aku juga berharap perkembangan sekolah kami, cepet diselesain ya…hehehe…
Semoga tata kota kuansing mencerminkan tata kota yang dinamis..pokonya moga makin maju dehh,,ehya sport centernya juga cepet selesai ya..Semoga pemerintahannya makin hari makin baik,,..

CEKALI LAGI MET ULTAH BUAT KAMPUNG HALAMAN TERCINTA
^_^,,

MEMPERERAT TALI SILATURRAHIM

pada tanggal 9 oktober 2009 SMA pintar mengadakan acara halal bi halal di mushallah babussalam jake..di situ dihadiri oleh seorang ustad. dari ceramah-ceramah yang disampaikannya saya dapat mengambil beberapa pelajaran,diantaranya:
1. Mushallah adalah tempat orang-orang suci, dimana apabila kita memasuki mushallah dengan niat yang ikhlas kita dapat sesuatu yang wah,,yaitu kita kembali kepada fitrah,,setelah kita masuk mushallah,kita kembali suci.
2. syurga berada dibawah telapak kaki ibu.
ini merupakan suatu yang begitu membuat saya bingung,dari dulu saya mengetahui bahwa itu hanya sebuah perumpamaan atau sebuah kiasan, bahwa begitu mulia keberadaan seorang ibu yang apabila kita patuh padanya begitu besar pahalanya, dan apabila kita durhaka, maka doa ibu itu sangat makbul.
tapi pernyataan dari seorang ustad tesebut mengatakan bahwa seorang ibu itu harus mempunyai anak apabila ingin surga itu berada dibawah telapak kakinya. tapi itu sangat bertentangan dengan yang telah ku ketahui. karena menurutku kasian bagi seorang ibu yang tidak memiliki anak.. tapi saya tak kan menyalahkan ustad tersebut, mungkin keyakianan kita terhadap sebuah hadis itu berbeda, dan mungkin saja dia betul, karena saya hanya seorang siswa yang pengetahuan tentang hal itu sangat minim.. sepertinga hanya itu komen untuk saat ini..
assalamualaikum....^_^,,

GEMPA MENGGUNCANG TETANGGAKU




SAUDARA-SAUDARAKU DIGUNCANG GEMPA,BERTAHANLAH!!!

Setelah Ramdhan dan idulfitri berakhir,, musibah besar menimpa saudara-saudaraku yang berada di Sumatera barat, begitu banyak korban, gedung-gedung rubuh,,tak pernah terbayangkan inin semua akan menimpa saudara-saudaraku, banyak anak yang kehilangan orang tua, orang tua yang kehilangan anaknya, dan yang lebih parah lagi, bagi yang terkurung dibawah reruntuhan bangunan,, NAUZUBILLAH!!
Di Padang, ratusan bangunan termasuk rumah sakit mengalami kerusakan parah. Beberapa diantaranya rata dengan tanah.
Tim penyelamat memperkirakan jumlah korban kemungkinan besar akan bertambah karena masih banyak warga yang tertimbun di bawah reruntuhan bangunan.
Semoga bantuan dari semua pihak segera datang, karena untuk menghindari dari bertambahnya korban bencana, belum lagi yang disebabkan oleh gempa, apakah harus ditambah lagi dengan banyaknya korban yang meninggal akibat kelaparan?? Maka dari itu, diharapkan bantuaan dari saudara-saudaraku yang mempunyai kemampan untuk membantunya..
Disamping banyaknya korban yang meninggal dunia, kesibukan luar biasa masih terlihat di rumah sakit ini. Suara sirine ambulans yang hilir mudik, membawa korban tewas dan korban luka seakan tak berhenti. Petugas identifikasi juga tampak sibuk memeriksa jenazah.

Korban luka-luka dirawat di dalam gedung dan juga di tenda-tenda darurat. Setidaknya ada empat tenda besar dari Depsos yang dijadikan rumah sakit darurat. Sebagian korban luka berasal dari Kab. Padang Pariaman, kabupaten yang paling parah terkena dampak gempa.
Seperti yang di beritakan oleh badan meteorology dan goefisika.
Jakarta (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Padang mendeteksi telah terjadi 247 kali gempa susulan setelah gempa besar 7,6 skala Richter yang mengguncang Sumatera Barat (Sumbar).

Staf BMKG Kota Padang Bidang Info Dini Gempa Bumi dan Tsunami, Jaya Murjaya, kapada wartawan ANTARA yang melaporkan dari Padang, Jumat, mengatakan terjadi 247 kali gempa susulan hingga Kamis sore (1/10).

Kekuatan dari gempa-gempa susulan yang terjadi tersebut melemah, rata-rata mencapai tiga hingga empat skala Richter.

Semoga saudara-saudaraku yang telah kembali kepadanya diterima di pangkuan illahi, n yang ditinggalin, tabah yaaaa…..
Yang lagi sakit cepet sembuh..amiennnn

KUNJUNGAN BUPATI KUANSING KE SMA PINTAR

Ass...
ne risti ngeblog lagi...
pada tanggal 10 septembar 2007 bupati Kuantan Singngi mengunjungi SMA Pintar dalam rangka silaturrahim antara bupati beserta rombongan dengan keluarga besar SMA Pintar. sebagai siswi SMA Pintar risti merasa bangga sekali, terimakasih banyak kami ucapkan kepada bapak bupati Kuantan Singingi beserta rombongan yang telah berkenan berkunjung ke gedung sementara SMA Pintar.
Kedatangan bapak bupati besrta rombongan disambut meriah oleh siswa-siswi SMA Pintar. kami sebagai siswa dan siswi SMA Pintar juga merasa tersanjung atas terselenggaranya acara silaturrahim ini. semua yang dilaksanakan sesuai dengan yang kita inginkan, acara berjalan dengan lancar. menurut saya acara ini benar-benar bagus, dimana kita bisa saling mempererat tali silaturrahmi yang mungkin memang sudah terjalin sejak lama. kami sebagai siswa-siswi SMA Pintar mengharapkan acara ini bisa diadakan atau digelar setiap tahunnya. sekali lagi saya ucapkan terima kasaih, karena acara ini begitu bagus, namun akan lebih bagus lagi jika kita adakan acara te

MUZIQ, I LIKE IT

Musik modern merupakan suatu musik non-tradisional. Dalam musik non-tradisional ini termasuk beberapa jenis musik yaitu :
Musik pop
Musik dangdut
Dll

Musik pop ini lahir karena untuk melepaskan dari kejenuhan musik klasik yang serba terikat, musik pop ini depelopori oleh The Beatles.
Dalam musik pop ini juga terbagi beberapa jenis yaitu :
a) Musik pop standar
Ciri-ciri pop standar ini antara lain,yaitu : melodi mudah diterapkan diberbagai karakter lirik; sangat fleksibel jika dipadukan dengan jenis style lain; lagu pada umumnya mudah disenandungkan dan diserap; harmoni tidak terlalu rumit,tempo bervariasi.
b) Musik pop kreatif
Musik pop yang memiliki keunikan ritme,melodi, harmoni, instrumen, dinamik, gaya, dan lirik. Ex: karena wanita ingin dimengerti ( ada band )
c) Musik pop balada
Ciri-ciri muik ini yaitu, antara lain : mirip dengan musik pop; tempo lambat dan sedang; pola melodi bervariasi karena dibuat untuk kepentingan lirik; lirik cenderung expresif.
 Musik dangdut merupakan musik melayu yang berkembang dengan pengaruh gaya india.

MUSIK MODERN

Wilayah nusantara terdiri dari berbagai daerah/suku budaya, sehingga kaya akan keragaman seni musik. Musik nusantara sering diidentikkan dengan musik tradisional, sedangkan musik modern berasal dari Barat. Apakah nusantara tidak memiliki musik modern? Seiring dengan perkembangan jaman yang telah mengglobal, seni musik nusantara pun berinteraksi dan dapat pengaruh dari unsur-unsur musik Barat dan lahirlah musik-musik modern nusantara.
Pada umumnya, kaum muda saat ini lebih mengenal musik modern daripada musik tradisional/daerah. Hal ini dapat kita lihat pada setiap konser musik modern selalu dipadati oleh kaum muda dan juga kalau kita perhatikan media musik di HP/komputer kaum muda maka hampir 99,99% adalah album musik modern.
Musik modern nusantara dapat dekelompokkan ke dalam beberapa jenis, antara lain:
1. Dangdut, ciri-cirinya: melodi dan harmoni sederhana, tangga nada cendrung minor, ekspresi berdasarkan keserasian lirik, beat konstan, lebih menekankan keindahan gerak.
2. Pop, ciri-cirinya: melodi mudah diterapkan dengan berbagai karakter lirik, fleksibel dan mudah dipadukan dengan dengan jenis lain, lagu mudah disenandungkan dan mudah dipahami, harmoni tidak rumit, tempo bervariasi.
3. Balada, ciri-cirinya: mirip dengan pop, tempo lambat dan sedang, pola melodi bervariasi, lirik ekspresif, mengisahkan suka duka kehidupan.
4. Rock, ciri-cirinya: area nada luas, kekuatan terletak pada dinamika aransemen, lagu sulit disenandungkan, lirik lagu ekspresif, beat cendrung keras, tempo lambat/cepat, harmoni sangat rumit.
Berikut ini beberapa contoh musik modern:
1. sebelum-cahaya-letto
2. Hitamku-Andra TB
3. Kau Curi-J Rocks

One Response to “MUSIK MODERN”
Matroni el-Moezany, on April 24th, 2009 at 2:31 am Said:

Refleksi Hari Puisi Indonesia
Upaya Desakralisasi Puisi

Kita semua (para penyair, sastrawan dan budayawan) sudah sepatutnya menampilkan tokoh para pejuang dalam mempertahankan bangsa dengan sastra, seperti Chairil Anwar. Reflesksi puisi ini mengingat 60 tahun tiadanya penyair Indonesia (Chairil Anwar) yang meninggal pada 28 April 1949. Artinya kita juga menyuncoh beliau dan bagaimana puisi saat ini membumi, harus dikembalikan kepada masyarakat, tidak hanya dinikmati oleh kalangan elite, apalagi kalangan akademis.
Mengatakan patut karena menurut Saut Situmorang bahwa Chairil Anwar merupakan mata kanan sastra Indonesia, sedangkan mata kirinya adalah Pramodya Ananto Toer, jadi sudah lengkap sastra Indonesia memiliki sepasang mata, yang dikenal luas oleh masyarakat sastra dunia. Kita sebagai pemudah sastra tentunya harus memulai mencari mata kanan dan mata kiri, artinya siapa penerus Chairil Anwar dan Pram selanjutnya.
Di kala kita menulis puisi maka yang ada kita menjadi seorang penyair, agaknya masalah yang menghadang bukan lagi menjadi sebatas biasa, tapi merupakan proses penciptaan belaka. Artinya penyair tidak menyombongkan diri sebagai seorang yang luar biasa bukan suatu hal yang dapat diminimalisir sedemikian rupa, tapi paling tidak membagi dan memberi kepada masyarakat. Sebab menjadi mustahil ketika ditanya mengapa menulis sajak hanya dengan menyatakan “karena memang ingin menulis, itu saja tidak lebih”. Kata-kata Chairil Anwar “yang bukan penyair tak ikut ambil bagian” dan adagium Sutardji “mereka sekedar penyair…aku bukan penyair sekedar”, dengan demikian, sepertinya relevan dengan konteks refleksi saat ini.
Melihat permasalahan dalam membumikan sastra dalam kehidupan para penyair di sini, seperti juga halnya dengan keadaan di tanah air atau di manapun bahwa untuk menjadi penyair diperlukan tekad penuh. Ia bukanlah profesi yang ringan dan bukan pula profesi sambil lalu. Tapi alangkah sunyinya kehidupan kita tanpa penyair. Alangkah sunyinya hidup jika tanpa musik, drama, tari dan lain-lain bentuk sastra. Akankah manusia menjadi benar-benar manusiawi tanpa sastra? Uang memang raja dewasa ini, dan para sastrawan juga bertarung melawan jari-jarinya beracun yang ingin menghancurkan kedaulatan “republik merdeka” sastra. Tentunya ada yang kala dan menang. Dan kita harus tetap bertanya kepada Tanya itu sendiri.
Kita sadar bahwa puisi adalah sebuah pesta atau “perayaan” dari realitas. Maka kita sudah saatnya mengangkat derajat puisi kepermukaan sebagai lahan dan ruang istimewa untuk kita pesta sebagaimana demokrasi juga dipestakan di ruang istimewa. Mereka (Chairil Anwar, Rendra, Mangunwijaya dan Pramoedya) adalah contoh pahlawan-pahlawan bangsa serta menjadi semangat zaman (spirit of the time). Seharusnya sastra kita menjadi saksi mata, dari berbagai masalah yang dihadapi bangsa. Realitas itu berlangsung dipermukaan maupun di bawah sana. Dalam sastra yang sejak kelahiranya selalu mencoba membebaskan dirinya dari apa pun. Dalam apresiasi sastra suatu fenomena yang mengandung kenyataan bahwa publik sastra dengan kepribadian individualnya masing-masing karena sentuhan dengan karya penyair telah memperoleh stimulus untuk melahirkan imajinasinya sendiri sebagai bagian mutlak dari suatu proses kreatif dalam dunia sastra.
Sangat naïf jika dunia kepenyairan hanya sebatas pada pencarian dan penemuan bentuk nilai artistik yang selenjutnya diekspresikan dalam verbalisasi sebuah sajak dari keseluruhan proses pencarian yang dilakukan penyair di setiap kemungkinan penciptaan. Penyair selalu berusaha untuk lebih jauh kompleksitas dan sulit dari sekedar itu. Penyair pastilah sadar dan menyadari kemudian menjadi kesadaran penuh bahwa dia tidak sendang bekerja menjalankan tradisi tulis-menulis sajak. Dalam kesadarannya yang penuh, keterlibatannya yang mentok melihat kehidupan dan momen puitik bagi penyair merupakan sebuah mata yang mustahil untuk melihat dan ditinggalkan. Itulah mengapa sajak sebagai salah satu semangat kesusastraan yang selalu hampir terkait dengan tercapainya keheningan di tengah sebuah Tanya di ladang sunyi.
Dengan memutuskan menjadi Chairil Anwar akan juga berarti berani menjadi seoarang yang senantiasa sadar akan semangat apa yang menjadi roh sajak-sajaknya, apa yang dieksplorasinya, apa yang menjadi tujuanya, dan bagaimana relevansi karya-karyanya itu dalam konteks kemewaktuan yang sekiranya dapat lahir dan memiliki efek luas.
Kematangan dalam mengelola, mengurai gagasan dan kejelasan yang tercakup dalam puisi penyair merupakan suatu hal yang spesifik bagi dirinya sendiri. Bagi penyair yang telah memiliki tempat, ia selalu tampil dengan keutuhan ekspresi dalam setiap karyanya. Karena faktor kesadarannya yang terkendali, gaya sebagai ciri dirinya akan juga bersentuhan dengan diri kolektif yang telah dihayati dan ikut mengkondisikannya.
Kesadaran apakah yang ada di balik sajak-sajak Chairil merupakan faktor yang sangat penting untuk disingkap dalam rangka menetapkan warna dasar eksistensial sajak-sajaknya secara keseluruhan. Upaya ini pada gilirannya akan mengarahkan kita dalam memberikan penilaian jifak sajak memang harus dinilai dan tidak sekedar dinikmati menjadi proporsional di dalamnya.
Dengan merefleksikan hari puisi Indonesia ini untuk menunjukkan bahwa bagi Chairil Anwar kesadaran untuk mengintegrasi dan berpartisipasi dengan realitas merupakan visi utama sekaligus bahasa sajak dan kepenyairannya. Hakikat realitas yang dituju dapat terengkuh dan melalui jembatan Chairil mencoba membagi dengan para pembaca sajak-sajaknya. Kepenyairan Chairil telah memberi ruang sunyi dan memberikan keheningan bagi panyair, keheningan yang bersifat sosial-religius-humanis. Oleh karena itu, reflesksi ini menjadi mungkin untuk dijadikan bahan awal kita selenjutnya.

MUSIK MODERN

NAMA : RISTI RIPIRA
KELAS : XII IPA 1
BS : ART OF CULTURE
GBS : RONALDO ROZALINO, S.Sn

OPINI QYU...

Pacu jalur adalah sejenis lomba yang diperlombakan setiap bulan agustus dalam rangka memperingati kemerdekaan Indonesia.. pacu jalur tahun ini sebenarnya asyik, cuma agak kurang meriah dari tahun kemarin, tapi lumayan meriah kok,banyak pengunjung yang berbondong yang berdatangan ke arena pacu jalur...pacu jalur merupakan budaya yang harus dipertahankan, karena kemanapun budaya tradisi itu menurut saya tetep ngetop..meskipun dari tahun ketahun kayu makin berkurang kerena kan diambil tiap tahun..tapi, meskipun demikian rakyat Kuantan Singingi harus tetep berjuang mempertahankan budaya pacu jalur ini. Karenabukan hanya rakyat Kuantan Singngi yang menggemari pacu jalur ini..pacu jalur adalah budaya terbaik, terbagus, pokoknya ter ter ter dech.. Oh ya ada satu hal yang buat saya sedikit kecewa, arena pacu jalur pada tahun sudah berkurang..tapi, sebenarnya mungkin itu ada baiknya, terutama bagi rakyat Kuantan Singngi yang perekonomiannya yang kurang mampu, ditambah lagi yang keluarganya terdiri dari banyak anak-anak yang masih kecil..pasti mereka menangi-nangis pengen pergi, tapi lantaran orang tuanya gak mampu mereka harus mendekam di rumah.. kasian khan,,,,,so.. gak papa juga arena atau tempat pacu jalurnya dikurangi.. Dan satu lagi yang kasiannya, buat anak-anak kuliah pasti gak bisah nonton pacu palagi, yang ngmbil SP, yang lagi matrikulasi..kacian juga.. tapi demi the best feature..gak papa.. besok law dah sukses kan bisa nonton sampai kapan maunya...hehehe, nech yang dibawah artikel-artikel yang udah risti cari, di baca yaaaa...biar nambah lho wawasannya...selamat membaca....moga bermanfaat...salam persahabatan n salam sukses selalu buat temen-temen n yang baca....

PACU JALUR BUDAYA DAERAHKU

Pacu Jalur, Tradisi Unik dari Kuantan Singingi

Sekilas Liputan Pacu Jalur Di Telukkuantan

SIANG itu udara di sekitar Batang (Sungai) Kuantan terasa panas ketika Raja Kinantan dari Desa Gunung Toar melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan lawannya, Kibasan Nago Liar, asal Desa Lubuk Terentang, Kecamatan Gunung Toar, Kuantan Singingi, Riau.

IRAMA kayuhan dayung sekitar 50 pemuda berseragam serba putih mengantarkan Raja Kinantan sebagai pemenang, setelah mencapai garis finis pada pancang penghalang keenam lebih dahulu dibandingkan rival satu kecamatannya itu dalam kemeriahan pesta Seabad Tradisi Pacu Jalur Kuantan Singingi.

Raja Kinantan dan sekitar 134 nama lainnya itu adalah nama-nama kebanggaan warga dari berbagai desa di Kabupaten Kuantan Singingi untuk menyebut perahu-perahu panjang buatan mereka sendiri yang dikenal dengan nama jalur. Kebanggaan warga desa terhadap jalur ciptaan mereka itu disimbolkan dalam nama-nama yang tertera di lambung perahu berbentuk pipih panjang itu, seperti Keramat Sati Panggogar Alam, Tuah di Kampuang Godang di Rantau, atau Ratu Dewa.

Secara fisik, jalur-jalur tersebut memang tercipta sebagai hasil karya manusia yang luar biasa karena dibuat dari sebatang pohon kayu tanpa sambungan sama sekali, dan umumnya terbentuk menjadi perahu pipih sepanjang 25-27 meter dengan lebar sekitar 1,5 meter. Ukiran yang memenuhi bagian lambung dan selembayung di buritan menampakkan keindahan yang tercipta melalui proses tradisi yang sudah berlangsung lama, yakni sejak abad ke-17.

Keindahan ukiran kayu itu merupakan bagian kecil dari perwujudan sebuah jalur yang ternyata memiliki nilai-nilai tradisi tinggi, terutama pada nilai kreativitas dan imajinasi warga desa yang menciptakannya.

"Tanpa kebersamaan dan kerja sama, tidak akan pernah ada sebuah jalur pun di sini. Sampai dengan saat perlombaan pacu jalur pun, kerja sama itu tetap diperlukan, karena bukan hal yang mudah untuk mengatur 40 hingga 60 pendayung dalam satu jalur itu," kata Kepala Dinas Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata Kuantan Singingi Darwin Yohanis.

DI awal abad ke-17, jalur merupakan alat transportasi utama warga desa di Rantau Kuantan, yakni daerah di sepanjang Sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu hingga Kecamatan Cerenti di hilir. Saat itu memang belum berkembang transportasi darat. Akibatnya jalur itu benar-benar digunakan sebagai alat angkut penting bagi warga desa, terutama digunakan sebagai alat angkut hasil bumi, seperti pisang dan tebu, serta berfungsi untuk mengangkut sekitar 40 orang.

Kemudian muncul jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti ukiran kepala ular, buaya, atau harimau, baik di bagian lambung maupun selembayung-nya, ditambah lagi dengan perlengkapan payung, tali-temali, selendang, tiang tengah (gulang-gulang) serta lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri). Perubahan tersebut sekaligus menandai perkembangan fungsi jalur menjadi tidak sekadar alat angkut, namun juga menunjukkan identitas sosial. Sebab, hanya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk saja yang mengendarai jalur berhias itu.

Baru pada 100 tahun kemudian, warga melihat sisi lain yang membuat keberadaan jalur itu menjadi semakin menarik, yakni dengan digelarnya acara lomba adu kecepatan antarjalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama pacu jalur. Pada awalnya, pacu jalur diselenggarakan di kampung- kampung di sepanjang Sungai Kuantan untuk memperingati hari besar Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Idul Fitri, atau Tahun Baru 1 Muharam.

Saat itu, karena berangkat dari kemeriahan antarkampung yang sangat sederhana, maka untuk para juara lomba tidak ada hadiah yang diperebutkan, yang ada adalah acara makan bersama warga sekampung dengan menu makanan tradisional setempat, seperti konji, godok, lopek, paniaran, lida kambiang, dan buah golek. Tetapi, di beberapa kampung ada juga yang menyediakan hadiah berupa marewa (bendera kain berwarna-warni berbentuk segi tiga dengan renda di bagian tepinya), yang diberikan untuk juara satu hingga empat dengan perbedaan pada ukuran kainnya.

Kesederhanaan hadiah itu tetap dipertahankan hingga penyelenggaraan pacu jalur saat ini, hanya saja bentuknya yang berbeda, yakni hadiah hewan ternak berupa sapi, kerbau, atau kambing. Untuk perayaan Seabad Pacu Jalur Kuantan Singingi 23-26 Agustus lalu, panitia menyediakan hadiah dua kerbau ditambah satu sapi dan sedikit uang sumbangan bagi juara pertama.

"Kami masih tetap mempertahankan sifat tradisional pacu jalur ini, sehingga hadiah untuk juara pertama hingga ke delapan kami berikan berupa hewan ternak. Hadiah utama diberikan kepada juara satu hingga empat, sementara sisanya adalah juara harapan. Sengaja dihitung hingga juara keempat, sebab sejak dulu memang seperti itu," kata Darwin Yohanis.

KEGIATAN pacu jalur merupakan kegiatan yang sangat disukai masyarakat Kuantan Singingi dan warga daerah lainnya di Provinsi Riau. Bupati Kuantan Singingi Asrul Jaafar menyebutnya sebagai sebuah pesta rakyat, yang pada pelaksanaannya memang digelar oleh warga di setiap kampung dan dinikmati juga oleh rakyat dari seluruh kampung yang ada di kabupaten itu.

"Tidak perlu promosi yang berlebihan untuk kegiatan ini, sebab dalam setiap penyelenggaraannya, pacu jalur selalu ramai dihadiri warga, dan itu cukup untuk membuktikan bahwa acara ini merupakan sebuah pesta rakyat," kata Asrul.

Sifat pacu jalur yang benar-benar merakyat itu diakui oleh Belanda ketika mereka mulai memasuki kawasan Rantau Kuantan, tepatnya di kawasan yang sekarang menjadi Kota Teluk Kuantan, sekitar tahun 1905.

Mereka memanfaatkan acara pacu jalur itu untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Ratu Wilhelmina yang jatuh pada setiap 31 Agustus, dan akibatnya tidak lagi dirayakan pada hari-hari raya umat Islam. Penduduk Teluk Kuantan malah menganggap setiap perayaan HUT Ratu Wilhelmina itu sebagai datangnya tahun baru. Karena itu, hingga saat ini masih ada yang menyebut kegiatan pacu jalur tersebut sebagai tambaru.

Meskipun sempat terhenti selama masa penjajahan Jepang, keramaian pesta rakyat pacu jalur itu masih dapat dinikmati hingga saat ini. Bahkan, Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi menetapkan tradisi tersebut sebagai tradisi yang sudah berusia genap satu abad pada Agustus 2003.

"Meskipun sejak abad ke-17 sudah dikenal adanya jalur sebagai alat transportasi vital di Rantau Kuantan ini, namun kegiatan pacu jalurnya sendiri baru diakomodir dan mulai menyediakan hadiah bagi para pemenangnya baru pada tahun 1903. Karena itu, kami menetapkan bahwa tradisi itu sudah mencapai usia satu abad tepat pada Agustus tahun ini," kata Darwin Yohanis.

Tidak kurang Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika sudah dua kali membuka acara pacu jalur tersebut dalam dua tahun terakhir ini. Dia juga tidak menolak keinginan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi untuk mengagendakan kegiatan pacu jalur dalam Kalender Wisata Nasional, bahkan dijual untuk pariwisata internasional.

kuansing kota jalur


Jalur adalah sampan berukuran panjang (Long Boat Race) 25-40 M, proses pembuatan Jalur ini dimulai dari musyawarah dan mufakat masyarkat untuk mencari kayu ke hutan. Penebangan kayu harus yang memenuhi persyaratan, baik besar kayu, panjang kayu, umur kayu, dan bahkan dinilai dari marwah kayu itu sendiri yang berada disekitar hutan. Setelah penebangan kayu dilaksanakan, kayu dibentuk setengah jadi dan selanjutnya diangkut kedesa dan dilanjutkan setelah sesampainya di desa dan siap untuk dilayur (diasapi).

Dalam proses pengasapan jalur tadi, masyarakat yang punya hajatan disuguhkan makanan khas Kuantan Singingi dan diselingi dengan kegiatan kesenian tradisonal. Pacu jalur merupakan pesta Budaya Rakyat yang dilaksanakan tanggal 21-24 Agustus setip tahunnya. Pesta budaya rakyat ini telah menjadi Event Nasional dan diikuti oleh Kabupaten-Kota se-Propinsi Riau, Propinsi tetangga, bahkan diikuti oleh negara jiran Malaysia, Brunei dan Singafore. Antusias pengunjung sangat tinggi untuk menyaksikan Pacu Jalur, apalagi kalau ada yang diunggulkan. Disamping nilai budaya yang sangat unik, baik entuk Jalur, cara memacukan mempunyai makna dan harus didukung stamina yang prima

13 juli,, semarak pacu jalur mulai dirasakan oleh masyarakat kuansing,,,""
pacu jalur yang merupakan tradisi turun temurun tersebut diadakan di dua lokasi yaitu di kecamatan baserah dan puncaknya diadakan di tepian narosa Taluk Kuantan.
pacu jalur ini disambut dengan meriah,,,
NECH PACU JALUR KEMAREN


Pacu Jalur adalah sejenis lomba dayung tradisional khas daerah Kuantan Singingi (Kuansing) yang hingga sekarang masih ada dan berkembang di Propinsi Riau. Lomba dayung ini menggunakan perahu yang terbuat dari kayu gelondongan yang oleh masyarakat sekitar juga sering disebut jalur. Upacara adat khas daerah Kuansing ini diselenggarakan setiap satu tahun sekali untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya pada tanggal 23—26 Agustus. Panjang perahu/jalur yang digunakan dalam lomba ini berkisar antara 25—40 meter dengan jumlah atlet 40—60 orang tiap perahu. Biasanya, festival ini diikuti oleh ratusan perahu dan melibatkan beribu-ribu atlet dayung, serta dikunjungi oleh ratusan ribu penonton baik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Konon, kegiatan lomba dayung ini merupakan warisan budaya masyarakat Kuantan Singingi yang telah berlangsung sejak tahun 1900-an. Perahu atau jalur, dahulu, sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai sarana transportasi untuk mengangkut hasil bumi atau pun hasil hutan. Kebiasaan menggunakan perahu inilah yang mungkin merupakan cikal bakal kegiatan Pacu Jalur. Pada zaman penjajahan Belanda, Pacu Jalur juga dimanfaatkan oleh pemerintah Belanda untuk memeringati serta memeriahkan hari ulang tahun ratu mereka yang bernama Ratu Wilhelmina. Namun, semenjak Indonesia merdeka, Pacu Jalur berangsur-angsur dijadikan upacara khas untuk merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada awalnya, kegiatan Pacu Jalur hanya diikuti oleh segelintir masyarakat di sekitar daerah Kuantan Singingi. Namun, dalam perkembangannya, kegiatan ini banyak mendapat perhatian dan simpati dari berbagai kawasan, terutama daerah-daerah kawasan Riau dan sekitarnya serta mancanegara. Oleh karena itu, saat ini festival Pacu Jalur tidak hanya milik masyarakat Kuantan Singingi saja, melainkan telah menjadi pesta rakyat milik masyarakat Riau dan kawasan sekitarnya. Festival yang bernuasa tradisional ini telah ditetapkan masuk ke dalam Kalender Pariwisata Nasional (Major Event).



Puti Mandi Mayang Terurai Juara

Pacu Jalur
adalah sejenis lomba perahu yang dilaksanakan pada bulan Agustus setiap tahun di Kota Teluk Kuantan bersempena dengan peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan tradisi turun temurun masyarakat Rantau Kuantan semenjak ratusan tahun silam.
Event Pacu Jalur ini biasanya dilaksanakan pada tanggal 24-27 Agustus itu pada tahun 2009 ini dilaksanakan pada tanggal 6 – 9 Agustus 2009 untuk mengantisipasi bulan puasa. Acara yang berlangsung sangat meriah selama empat hari ini di buka secara resmi oleh Gubernur Riau Bapak Rusli Zainal,SE,MP (Sang Visioner) pada tanggal 6 Agustus 2009. Turut hadir pada acara pembukaan antara lain Bupati Kuantan Singingi H Sukarmis, Ketua DPRD Kuantan Singingi Marwan, S.Sos, Datuk Bisai (Edyanus Herman Halim, SE) dan undangan lainnya.

Pada acara pacu jalur hari terakhir jalur-jalur yang masih bertahan bersaing sangat ketat. Diantara jalur yang masih tersisa pada hari ke empat adalah Upiah Sarok Rimbo Dusun dari Pasar Baserah juara satu pacu jalur di Kecamatan Kuantan Hilir tahun 2009, jalur Puti Mandi Mayang Terurai dari Desa Rantau Sialang juara satu pacu jalur di Kecamatan Benai, sedangkan jalur Soriak Sarumpun juara satu pacu jalur di Kecamatan Kuantan Mudik gagal melaju ke final. Selain itu ada jalur Toduang Biso Rimbo Piako dari desa Paboun Hilir, Panglimo Olang Putiah dari desa Sei Alah, Kala Jengking Tigo Jumbalang dari desa Sei Manau, Delima Indah Permata Intan dari desa Saik, Ngiang Kuantan Cahayo Nagori dari Kampung Baru Toar, Gelombang Putih Danau Keramat dari desa Bukit Pedusunan dan Batu Lompatan Harimau Kompe dari desa Kinali.

Pada putaran final terjadi persaingan segitiga antara jalur Toduang Biso Rimbo Piako, Upiah Sarok Rimbo Dusun dan Puti Mandi Mayang Terurai. Pada pencabutan undian final pacu jalur 2009 Toduang Biso Rimbo Piako berhadapan dengan jalur Upiah Sarok Rimbo Dusun, sedangkan jalur Puti Mandi Mayang Terurai menang menunggu. Pada hilir pertama putaran final antara jalur Toduang Biso Rimbo Piako jalan sebelah kiri berhadapan dengan jalur Upiah Sarok Rimbo Dusun pada jalan sebelah kanan dimenangkan oleh jalur Toduang Biso Rimbo Piako. Hilir kedua final antara jalur Toduang Biso Rimbo Piako berhadapan dengan jalur Puti Mandi Mayang Terurai yang menang adalah jalur Puti Mandi Mayang Terurai. Berdasarkan peraturan pacu jalur, jalur Puti Mandi Mayang Terurai berhak menyandang juara pertama pacu jalur tahun 2009 dan mendapat hadiah berupa hewan ternak, piagam dan tonggol juara.

Hasil selengkapnya Events Pacu Jalur Tradisional 2009 di Tepian Nerosa Teluk Kuantan adalah, juara pertama jalur Puti Mandi Mayang Terurai dari desa Rantau Sialang Kec. Kuantan Mudik, jura kedua jalur Toduang Biso Rimbo Piako dari desa Peboun Hilir Kec. Kuantan Mudik, juara ketiga jalu Upiah Sarok Rimbo Dusun dari Pasar Baserah Kec. Kuantan Hilir. Selanjutnya posisi keempat sampai kesepuluh berturut-turut Kalajengking Tigo Jumbalang, Panglimo Olang Putiah, Batu Lompatan Harimau Kompe, Ngiang Kuantan Cahayo Nagori, Delima Indah Permata Kuantan, Gelombang Putiah Danau Keramat, Siluman Buayo Danau 2009.(yuf)

Vi_Ndy yang ngikutin karnaval

hei sahabat2 q diseluruh dunia..hahaha tau gak tadi kami anak SMA Pintar ngikutin acara karnaval dalam rangka peringatan HUT RI 64. RizTie capek banget lho... tapi demi memperingati HUT bangsa tercinta RizTie rela, karena lebih capek lagi pahlawan2 kita yang berjuang merebut kemerdekaan, bahkan sampai bertumpahan darah. sebagai rasa menjunjung tinggi persatuan dan kesatun, kita sebagai pelajar harus menghargai apa yang telah diperjuangkan oleh pahlawan2 kita, yaitu denga belajar sungguh, biar jadi anak yang berguna bagi masa depan bangsa yang cerah.

MAJU TERUZ INDONESIA Q

persahabatan adalah sesuatu yang sangat indah. Lo tau gak law gak punya sahabat tuch sepi banget.. So, lo lo pade harus jaga persahabatan lo ma temen-temen lo biar semuanya bertahan lama dan meninggalkan kesan yang menyenangkan.


Nech kita-kita waktu di kelas, serukan punya banyak temen, bagiku persahabatan adalah segalanya setelah keluargaku. V pernah merasa kesepian saat temen itu semuanya jauh, tapi akhirnya V sadar kita tuch harus cari temen baru lagi. Biar sekolah kita pisah, tapi hati kita tetep satu kok. Nech temen baru V lho.... buruan ngumpulin temen banyak-banyak ya.....Salam persahabatan dari V_ny@...hehehehehehehe....

Rie_Ndi

RISTI RIPIRA

XI IPA 1

GB:RONALDO ROZALINO S.sn

MUSIK MODERN

Wilayah nusantara terdiri dari berbagai daerah/suku budaya, sehingga kaya akan keragaman seni musik. Musik nusantara sering diidentikkan dengan musik tradisional, sedangkan musik modern berasal dari Barat. Apakah nusantara tidak memiliki musik modern? Seiring dengan perkembangan jaman yang telah mengglobal, seni musik nusantara pun berinteraksi dan dapat pengaruh dari unsur-unsur musik Barat dan lahirlah musik-musik modern nusantara.
Pada umumnya, kaum muda saat ini lebih mengenal musik modern daripada musik tradisional/daerah. Hal ini dapat kita lihat pada setiap konser musik modern selalu dipadati oleh kaum muda dan juga kalau kita perhatikan media musik di HP/komputer kaum muda maka hampir 99,99% adalah album musik modern.
Musik modern nusantara dapat dekelompokkan ke dalam beberapa jenis, antara lain:
1. Dangdut, ciri-cirinya: melodi dan harmoni sederhana, tangga nada cendrung minor, ekspresi berdasarkan keserasian lirik, beat konstan, lebih menekankan keindahan gerak.
2. Pop, ciri-cirinya: melodi mudah diterapkan dengan berbagai karakter lirik, fleksibel dan mudah dipadukan dengan dengan jenis lain, lagu mudah disenandungkan dan mudah dipahami, harmoni tidak rumit, tempo bervariasi.
3. Balada, ciri-cirinya: mirip dengan pop, tempo lambat dan sedang, pola melodi bervariasi, lirik ekspresif, mengisahkan suka duka kehidupan.
4. Rock, ciri-cirinya: area nada luas, kekuatan terletak pada dinamika aransemen, lagu sulit disenandungkan, lirik lagu ekspresif, beat cendrung keras, tempo lambat/cepat, harmoni sangat rumit.
Berikut ini beberapa contoh musik modern:
1. sebelum-cahaya-letto
2. Hitamku-Andra TB
3. Kau Curi-J Rocks

One Response to “MUSIK MODERN”

Refleksi Hari Puisi Indonesia
Upaya Desakralisasi Puisi

Kita semua (para penyair, sastrawan dan budayawan) sudah sepatutnya menampilkan tokoh para pejuang dalam mempertahankan bangsa dengan sastra, seperti Chairil Anwar. Reflesksi puisi ini mengingat 60 tahun tiadanya penyair Indonesia (Chairil Anwar) yang meninggal pada 28 April 1949. Artinya kita juga menyuncoh beliau dan bagaimana puisi saat ini membumi, harus dikembalikan kepada masyarakat, tidak hanya dinikmati oleh kalangan elite, apalagi kalangan akademis.
Mengatakan patut karena menurut Saut Situmorang bahwa Chairil Anwar merupakan mata kanan sastra Indonesia, sedangkan mata kirinya adalah Pramodya Ananto Toer, jadi sudah lengkap sastra Indonesia memiliki sepasang mata, yang dikenal luas oleh masyarakat sastra dunia. Kita sebagai pemudah sastra tentunya harus memulai mencari mata kanan dan mata kiri, artinya siapa penerus Chairil Anwar dan Pram selanjutnya.
Di kala kita menulis puisi maka yang ada kita menjadi seorang penyair, agaknya masalah yang menghadang bukan lagi menjadi sebatas biasa, tapi merupakan proses penciptaan belaka. Artinya penyair tidak menyombongkan diri sebagai seorang yang luar biasa bukan suatu hal yang dapat diminimalisir sedemikian rupa, tapi paling tidak membagi dan memberi kepada masyarakat. Sebab menjadi mustahil ketika ditanya mengapa menulis sajak hanya dengan menyatakan “karena memang ingin menulis, itu saja tidak lebih”. Kata-kata Chairil Anwar “yang bukan penyair tak ikut ambil bagian” dan adagium Sutardji “mereka sekedar penyair…aku bukan penyair sekedar”, dengan demikian, sepertinya relevan dengan konteks refleksi saat ini.
Melihat permasalahan dalam membumikan sastra dalam kehidupan para penyair di sini, seperti juga halnya dengan keadaan di tanah air atau di manapun bahwa untuk menjadi penyair diperlukan tekad penuh. Ia bukanlah profesi yang ringan dan bukan pula profesi sambil lalu. Tapi alangkah sunyinya kehidupan kita tanpa penyair. Alangkah sunyinya hidup jika tanpa musik, drama, tari dan lain-lain bentuk sastra. Akankah manusia menjadi benar-benar manusiawi tanpa sastra? Uang memang raja dewasa ini, dan para sastrawan juga bertarung melawan jari-jarinya beracun yang ingin menghancurkan kedaulatan “republik merdeka” sastra. Tentunya ada yang kala dan menang. Dan kita harus tetap bertanya kepada Tanya itu sendiri.
Kita sadar bahwa puisi adalah sebuah pesta atau “perayaan” dari realitas. Maka kita sudah saatnya mengangkat derajat puisi kepermukaan sebagai lahan dan ruang istimewa untuk kita pesta sebagaimana demokrasi juga dipestakan di ruang istimewa. Mereka (Chairil Anwar, Rendra, Mangunwijaya dan Pramoedya) adalah contoh pahlawan-pahlawan bangsa serta menjadi semangat zaman (spirit of the time). Seharusnya sastra kita menjadi saksi mata, dari berbagai masalah yang dihadapi bangsa. Realitas itu berlangsung dipermukaan maupun di bawah sana. Dalam sastra yang sejak kelahiranya selalu mencoba membebaskan dirinya dari apa pun. Dalam apresiasi sastra suatu fenomena yang mengandung kenyataan bahwa publik sastra dengan kepribadian individualnya masing-masing karena sentuhan dengan karya penyair telah memperoleh stimulus untuk melahirkan imajinasinya sendiri sebagai bagian mutlak dari suatu proses kreatif dalam dunia sastra.
Sangat naïf jika dunia kepenyairan hanya sebatas pada pencarian dan penemuan bentuk nilai artistik yang selenjutnya diekspresikan dalam verbalisasi sebuah sajak dari keseluruhan proses pencarian yang dilakukan penyair di setiap kemungkinan penciptaan. Penyair selalu berusaha untuk lebih jauh kompleksitas dan sulit dari sekedar itu. Penyair pastilah sadar dan menyadari kemudian menjadi kesadaran penuh bahwa dia tidak sendang bekerja menjalankan tradisi tulis-menulis sajak. Dalam kesadarannya yang penuh, keterlibatannya yang mentok melihat kehidupan dan momen puitik bagi penyair merupakan sebuah mata yang mustahil untuk melihat dan ditinggalkan. Itulah mengapa sajak sebagai salah satu semangat kesusastraan yang selalu hampir terkait dengan tercapainya keheningan di tengah sebuah Tanya di ladang sunyi.
Dengan memutuskan menjadi Chairil Anwar akan juga berarti berani menjadi seoarang yang senantiasa sadar akan semangat apa yang menjadi roh sajak-sajaknya, apa yang dieksplorasinya, apa yang menjadi tujuanya, dan bagaimana relevansi karya-karyanya itu dalam konteks kemewaktuan yang sekiranya dapat lahir dan memiliki efek luas.
Kematangan dalam mengelola, mengurai gagasan dan kejelasan yang tercakup dalam puisi penyair merupakan suatu hal yang spesifik bagi dirinya sendiri. Bagi penyair yang telah memiliki tempat, ia selalu tampil dengan keutuhan ekspresi dalam setiap karyanya. Karena faktor kesadarannya yang terkendali, gaya sebagai ciri dirinya akan juga bersentuhan dengan diri kolektif yang telah dihayati dan ikut mengkondisikannya.
Kesadaran apakah yang ada di balik sajak-sajak Chairil merupakan faktor yang sangat penting untuk disingkap dalam rangka menetapkan warna dasar eksistensial sajak-sajaknya secara keseluruhan. Upaya ini pada gilirannya akan mengarahkan kita dalam memberikan penilaian jifak sajak memang harus dinilai dan tidak sekedar dinikmati menjadi proporsional di dalamnya.
Dengan merefleksikan hari puisi Indonesia ini untuk menunjukkan bahwa bagi Chairil Anwar kesadaran untuk mengintegrasi dan berpartisipasi dengan realitas merupakan visi utama sekaligus bahasa sajak dan kepenyairannya. Hakikat realitas yang dituju dapat terengkuh dan melalui jembatan Chairil mencoba membagi dengan para pembaca sajak-sajaknya. Kepenyairan Chairil telah memberi ruang sunyi dan memberikan keheningan bagi panyair, keheningan yang bersifat sosial-religius-humanis. Oleh karena itu, reflesksi ini menjadi mungkin untuk dijadikan bahan awal kita selenjutnya.

artikel seni tari



1TARI KECAK CIRI KHAS TRADISI BALI






Sumber: http://www.swaberita.com/2008/05/16/nusantara/tari-kecak-ciri-khas-tradisi-bali.html

Di Bali terdapat sejenis tarian yang cukup unik, dan dimainkan terutama oleh laki-laki dimana jumlah pemainnya mencapai puluhan atau lebih penari yang duduk berbaris dan melingkar dengan irama tertentu menyerukan suara “cak” sambil mengangkat kedua tangannya. Hal tersebut menggambarkan ketika barisan kera membantu Rama melawan Rahwana dalam kisah Ramayana.

Kecak berasal dari ritual Sanghyang, yaitu tradisi dimana penarinya akan dalam keadaan tidak sadar karena melakukan komunikasi dengan tuhan, atau roh para leluhur yang kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Pada tari kecak tidak menggunakan alat musik dan hanya menggunakan kincringan yang dikenakan pada kaki para penari yang sedang memerankan tokoh-tokoh Ramayana. Sedangkan para penari yang duduk melingkar mengenakan kain kotak-kotak yang melingkari pinggang mereka.

Tari kecak ini di ciptakan pada tahun 1930-an oleh Wayan Limbak dan dengan seorang pelukis Jerman Walter Spies. Mereka menciptakan tari tersebut berdasarkan tradisi sanghyang kuno dan mengambil dari bagian-bagian kisah Ramayana. Tarian ini menjadi populer ketika Wayan Limbak bersama penari Bali-nya tour berkeliling dunia mengenalkan tarian Kecak tersebut. Hingga kini tari kecak menjadi tarian seni khas Bali yang terkenal.




2.TARI JAIPONG

Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Jaipongan


Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.

Sejarah

Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.

Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.

Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.

Berkembang

Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.

Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara).

Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).

Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan, dan Tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata, dan Asep.

Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong menjadi kesenian Pong-Dut.Jaipongan yang telah diplopori oleh Mr. Nur & Leni